ASEAN Kutuk Serangan Udara Militer Myanmar yang Turut Tewaskan Warga Sipil
Ilustrasi pesawat tempur Myanmar. Foto: Dimitar Dilkoff/AFP
Negara anggota ASEAN dengan tegas mengutuk serangan udara oleh militer Myanmar pada pekan ini yang menghantam sebuah desa terpencil dan menewaskan puluhan orang termasuk warga sipil.
Selain ASEAN, serangan tanpa pandang bulu itu turut mengundang keprihatinan dari organisasi internasional lainnya, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kecaman ASEAN disampaikan dalam pernyataan tertulis yang dipublikasikan di situs web resminya pada Kamis (13/4).
Pernyataan tersebut dirilis dua hari setelah beredarnya kabar atas serangan di Desa Pazi Gyi, Kotapraja Kanbalu, Kota Sagaing, yang berlangsung pada Selasa (11/4).
“Semua bentuk kekerasan harus segera diakhiri, terutama penggunaan kekerasan terhadap warga sipil,” bunyi pernyataan ASEAN.
Organisasi kerja sama regional yang tahun ini diketuai oleh Indonesia itu menegaskan, tindak kekerasan hanya akan semakin menjauhkan Myanmar dari penyelesaian krisis politik dan kemanusiaan di negara itu.
“Hal ini merupakan satu-satunya cara untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi dialog nasional yang inklusif untuk menemukan solusi damai yang berkelanjutan di Myanmar,” imbuhnya.
ASEAN juga menyerukan kepada Myanmar untuk menepati resolusi perdamaian yang dirumuskan di Jakarta pada 2021 lalu, yakni 5 Point Consensus.
Seorang petugas keamanan berjalan melewati bendera negara-negara ASEAN di gedung sekretariat ASEAN di Jakarta, Selasa (20/4). Foto: BAY ISMOYO / AFP
Rumusan yang disetujui oleh seluruh negara anggota ASEAN itu — termasuk Myanmar, meliputi keterbukaan untuk mendorong terwujudnya dialog secara inklusif dengan semua pihak untuk menangani krisis di Myanmar.
“Kami menegaskan kembali komitmen ASEAN untuk terus membantu Myanmar dalam mencari solusi yang dapat diterapkan dan tahan lama terhadap krisis yang sedang berlangsung dengan mendorong implementasi penuh 5 Point Consensus (5PC),” demikian bunyi pernyataan ASEAN.
Pada Selasa (11/4), juru bicara junta militer Myanmar, Zaw Min Tun, mengkonfirmasi adanya serangan udara di Desa Pazi Gyi.
Dia menjelaskan, puluhan orang yang tewas dalam serangan tersebut tak hanya terdiri dari para pejuang antikudeta yang berseragam, tetapi juga kemungkinan sejumlah orang lainnya yang berpakaian sipil.
“Menurut informasi dari lapangan yang kami dapatkan, orang-orang terbunuh bukan hanya karena serangan kami,” ujar Zaw.
Helikopter militer junta Myanmar terbang dalam formasi selama upacara untuk menandai peringatan 75 tahun Hari Persatuan Myanmar, di Naypyidaw, Myanmar, Sabtu (12/2/2022). Foto: Stringer/AFP
“Ada beberapa ranjau yang ditanam oleh PDF [People’s Defence Force/Pasukan Pertahanan Rakyat] di sekitar daerah itu,” sambung dia.
Zaw menambahkan, serangan udara oleh junta militer juga menghantam sebuah tempat penyimpanan mesiu dan ranjau yang terletak di daerah itu.
Adapun Kota Sagaing — berada tak jauh dari kota terbesar kedua di Myanmar, Mondalay —telah memberikan perlawanan paling sengit terhadap junta militer.
Pertempuran antara militer yang berada di pihak pemerintah berkuasa dan kelompok antikudeta militer kerap berlangsung selama berbulan-bulan.
Sebelum pesawat militer menyerang Desa Pazi Gyi, puluhan penduduk setempat sebelumnya telah berencana membuka kantor pasukan pertahanan antikudeta setempat.
Sehari setelah serangan udara tersebut, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres langsung mengeluarkan sebuah pernyataan resmi yang turut mengutuk keras tindakan junta militer. Sementara Amerika Serikat di sisi lain mengaku pihaknya sangat prihatin atas kekerasan yang tak kunjung usai di Myanmar.
Comments are closed.